Kebetulan

Seindah apapun kebetulan, tetap saja namanya kebetulan, tidak akan ada unsur kesengajaan.

{S.A}

Kebetulan~

 

Lusa kemarin, aku menemukan dirinya menyukai warna yang sama denganku, coklat.

Kemarin, aku menemukan dirinya menyukai klub olahraga yang sama denganku, FC Barcelona.

Dan, hari ini aku juga menemukannya menyukai lagu yang sama denganku, Apologize-nya One Republic.

Aku mengetahuinya secara kebetulan. Dari setiap pakaian yang Ia pakai untuk kuliah, hingga saat gembiranya dia kemarin karena Barcelona memenangkan sebuah pertandingan. Dan hari ini, aku mengetahui lagu kesukaannya, karena dia mengatakan hal itu langsung pada temannya, serta selalu memainkan gitarnya untuk menyanyikan lagu itu.

Aku tersenyum. Inikah pertanda? Aku menyukainya. Entah mengapa dalam hatiku, aku semakin yakin, kalau dia menyukaiku juga. Bukankah seseorang yang menyukai seseorang, secara tidak sadar akan menyukai apa yang orang itu sukai juga? Aku tersenyum, aku yakin inilah pertandanya.

.

.

.

It’s too late to apologize, it’s too late
I said it’s too late to apologize, it’s too late
 

Lagu One Republic sedang mengalun dalam telingaku. Hari ini cuaca cukup mendung, membuat semua orang seakan enggan berada di luar ruangan. Lain halnya denganku, aku sedang berada di halte depan universitasku, menunggu bus yang biasa ku tumpangi datang. Sendirian dan itu membosankan.

Tak lama kemudian, bus yang ku maksud, datang. Langsung saja aku bergegas untuk menaikinya, hanya saja seseorang mengalihkan perhatianku. Dia. Orang yang secara kebetulan aku sukai, sedang berlari menuju ke arahku, mungkin lebih tepatnya untuk menaiki bus yang sama denganku.

Aku secara refleks langsung menaiki bus itu. Refleks untuk menghindari dia, lebih tepatnya. Ku rasakan jantung ku berpacu dengan cepat, lebih dari biasanya. Ku kira setelah aku duduk, aku bisa lebih tenang. Dan kurasa itu hanya dalam mimpiku, karena dia kini duduk disebelahku, satu-satunya tempat yang kosong di bus itu. Kebetulan sekali.

Sebelum dia duduk, dia tersenyum padaku. Aku juga membalasnya, namun hanya senyum kaku. Aku tidak bisa untuk mengendalikan diriku sendiri. Namun, aku tak menampik, ini adalah kebetulan yang indah kurasa.

Namun, bisakah aku mengharapkan bahwa ini bukan hanya kebetulan?

.

Tidak!

Jawabannya telah aku temukan, atas kejadian yang baru saja tak sengaja aku lihat. Karena, kini aku menemukannya sedang berdua dengan seorang gadis yang tak lain adalah mantan pacarnya. Dan, atas semua kebetulan yang ku alami, memang hanya kebetulan untukku, karena kesengajaan yang terjadi adalah dia untuk mantan kekasihnya.

 

Dia, menyukai warna coklat, dari 3 bulan lalu. Dan faktanya adalah 3 bulan lalu, adalah saat dia putus dengan mantan pacarnya.

Dia, menyukai FC Barcelona, dari 1 setengah tahun lalu. Faktanya adalah, itu sama saja dengan waktu mereka berpacaran hingga sudah putus saat ini. Faktanya juga, sebelum itu dia menyukai Real Madrid.

Dia, menyukai lagu Apologize-nya One Republic, kurasa karena memang dia seakan tak pernah bisa untuk memaafkan kesalahan mantan pacarnya. Namun, kini faktanya sekarang dia menyukai lagu Cinta tak Mungkin Berhenti-nya Tangga.

 

 

Seseorang tidak akan pernah diajarkan untuk selalu berhenti berharap,

Namun ada saatnya kita tahu,

Harapan kita tak semuanya bisa tercapai.

 

 

{S.A}

Tinggalkan komentar